'sampah' the tragedy

Tuesday, May 30, 2006

hilanglah...

Keluarga Hilang, Dodo Daiko Kini Sendiri
Wajah Dodo Daiko (24), warga Kp. Cilimus RT.02/09 Desa Batujajar Timur Kec. Batujajar, tampak muram. Badan gempal serta rambutnya yang panjang sebahu, tidak mampu menyembunyikan kepedihan hati pemuda lajang tersebut. Sambil duduk termangu, Dodo sesenggukan menangis di sudut ruang SD Negeri Haurngambang yang dijadikannya sebagai tempat mengungsi.
Dodo mencucurkan air mata karena ditinggal wafat oleh 10 orang tercintanya sekaligus. Ya, pada Senin dini hari (21/2), seluruh keluarga Dodo meninggal dunia tertimbun longsoran sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi. Bahkan hingga Selasa petang (22/2), jenazah mereka belum seluruhnya berhasil dievakuasi.
Dodo menuturkan, mereka yang menjadi korban timbunan sampah adalah orang-orang terdekatnya yang selama ini hidup bersama dalam satu rumah. Mereka adalah orang tua Dodo yakni Sulaeman dan Kuraesin. Selain itu ikut tertimbun pula dua kakaknya, Warsa dan Patimah, ditambah tiga orang adiknya Zubaedah, Caca, dan Rafi. Dalam rumah tersebut turut tinggal pula tiga keponakannya yaitu Wisnu, Deri, dan Gina.
"Saya tidak tahu lagi nasib mereka saat ini. Namun harapan untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup sangat tipis. Pasalnya, tempat tinggal kami termasuk yang terkena timbunan sampah cukup tebal," jelasnya sambil tak henti-henti mencucurkan air mata.
Dodo menceritakan, pada malam nahas itu dia telah tidur sejak pukul 20.00 WIB. Udara dingin serta hujan deras yang turun sejak sore hari, membuat pria bujang itu malas ke luar rumah. Seusai menonton acara TV, Dodo bergegas menarik selimut dan segera menguntai mimpi.
Sekira pukul 22.00 WIB. Dodo mengaku terbangun untuk buang air kecil. Pada saat itu, sepuluh anggota keluarganya terlihat sudah beristirahat. Mereka ada yang tidur di ruang tengah dan sebagian lagi tidur di kamar masing-masing. Suara TV tak terdengar lagi. Yang tersisa hanya bunyi dengkur saling bersahutan satu sama lain.
Melihat hal itu, Dodo kembali masuk kamar mencoba melanjutkan kisah mimpinya yang terpotong. Tak ada gejala yang mencurigakan saat itu. Semuanya berjalan seperti biasa. Bedanya, hanya pada cuaca yang kurang bersahabat. Hujan terus turun seolah tak ada habisnya. Selain itu, petir kencang bersahut-sahutan mendera alam. Dodo tak memedulikan semua itu. Dia kembali menarik selimut dan menggunakannya rapat-rapat.
Namun sekira pukul 2.00 WIB, Dodo terbangun lagi. Suara gemuruh dan sebuah entakan benda keras memaksanya untuk membuka matanya lebar-lebar. Dia tersentak, sebab kamarnya yang semula hangat tiba-tiba menjadi lembap. Selain, kamarnya begitu gelap gulita.
Menyadari hal itu, Dodo mencoba mencari jalan ke luar. Namun semua pintu sepertinya sudah terganjal dari luar. Akhirnya Dodo mendobrak langit-langit rumah dan mencoba menerobos genting. Dari sana lagi-lagi dia terhalang oleh gundukan sampah yang juga telah menutupi seluruh atap rumahnya. Namun nasib baik masih berpihak padanya. Dia menemukan timbunan sampah yang sedikit lebih tipis sehingga bisa dikuakkan dari dalam.
Sejenak kemudian Dodo berhasil ke luar. Di tengah guyuran air hujan dia menatap kampung halamannya yang telah rata tertimbun sampah. Teledornya pengelolaan sampah, akhirnya merenggut kebersamaan keluarga dari kehidupannya.
(Dodo Rihanto-Eri Mulyani/ "PR") *** doc PR,rabu,23feb2005

0 Comments:

Post a Comment

<< Home